Khosama Media : MAKALAH TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (Ekonomi Syariah)

MAKALAH TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (Ekonomi Syariah)

 

MAKALAH
TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan dan Teori Pengambilan Keputusan
Dosen : Sahrudin, M.Pd








Disusun Oleh :

Nama : Kholil
NIM : B.2.13.0215




Program S1 Ilmu Ekonomi Syariah
STAIS Universitas Pangeran Dharma Kusuma Segeran

Tahun 2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun keterbatasan yang mereka miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka untuk membentuk suatu organisasi. Dimana semua orang berkumpul dalam suatu wadah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.
Dalam setiap organisasi harus memiliki pemipin agar berjalan dengan baik. Tanpa adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin tidak begitu saja dipiliih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan.
Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini. Cara dan pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan strategi yang baik dan sesuai dengan kondisinya. Maka penyusun mencoba menguraikan materi kepemimpinan dalam makalah ini.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian kepemimpinan?
2.      Apa fungsi kepemimpinan?
3.      Apa saja teori – teori kepemimpinan?
4.      Apa saja syarat kepemimpinan?
5.      Apa saja asas – asas kepemimpinan?
6.      Apa saja prinsip – prinsip kepemimpinan?
7.      Apa saja model atau gaya kepemimpinan?
C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui secara jelas tentang kepemimpinan mulai dari pengertian, fungsi, syarat, da  kepemimpinan yang efektif.
2.      Untuk memahami bagaiman menjadi pemimpin yang efektif.
3.      Untuk mengetahui asas-asas yang ada pada kepemimpinan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. 
Menurut para ahli :
a.       Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.
b.      Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan  diartika sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
c.       Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.
d.      Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias.
e.       Frigon menjelaskan “leadership is the art and sciene of getting others to perform and achieve vision”
f.        Nanus mengemukakan “leadership role in policy formation has a solid foundation in practice and is safely short of usurfing a governing broad’s prerogrative in establishing policy”
g.      Overton berpendapat “leadership is ability to get work done and through others while gaining then confidence and cooperation”.

Maka dari beberapa defenisi yang disampaikan diatas dapat kita pahami bahwa kepemimpian merupakan usaha untuk memengaruhi orang dengan memberikan motivasi dan arahan agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
B.     FUNGSI KEPEMIMPINAN
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1.      Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
2.      Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3.      Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4.      Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana
5.      Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agar diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.

6.      Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

C.     TEORI – TEORI KEPEMIMPINAN
a.       Leader traits (sifat-sifat pemimpin)
Five treats and skill:
a)      Capacity; intellegence, alertness, verbal pacility, originality, judgment
b)      Achievement; scholarship, knowledge, athletic accomplishments.
c)      Responsibility, dependability, initiative, persistence, aggressiveness, self confidence, desire to excel.
d)      Participation; activity, sociability, cooperations, adaptability, humor.
e)      Status; socioeconomic, popularity.
b.      Kepemimpinan Situasional
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi-studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristiik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemipin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efesien.

c.       Pemimpin yang efektif
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan konsiderasi.
d.      Kepemimpinan kontigensi
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional.

Terdapat 4 tingkah laku pada model kepemimpinan ini:
1)      Supporive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat.
2)      Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada.
3)      Participative leadership (konsultasi terhadap bawahan dalam pengambilan keputusan
4)      Achivement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja memuaskan.
e.       Kepemimpinan transformasional
Pada hakekatnya model ini menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab merekan lebih dari yang diharapkan.

D.    SYARAT –SYARAT KEPEMIMPINAN
1.      Syarat Minimal
a)      Watak yang baik ( karakter, budi, dan moral)
b)      Inteligensi yang tinggi
c)      Kesiapan lahir dan batin
2.      Syarat-Syarat Yang Lain Yang Diperlukan
a)      Sadar akan tanggung jawab
b)      Memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol
c)      Membimbing dirinya dan bawahan dengan asas dan prinsip kepemimpinan
d)      Mengenal anak buah 
e)      Paham mengukur dan menilai kepemimpinan

E.     ASAS – ASAS KEPEMIMPINAN
Sebagai kata lain asas-asas kepemimpinan adalah landasan dalam kepemimpinan yang menjadi acuan dalam menjalankan sebuah kepemimpinan:
1.      Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Member suri tauladan
3.      Ikut bergiat menggugah semangat bawahan
4.      Mempengaruhi dan member semangat 
5.      Waspada
6.      Tingkah laku sederhana dan tidak boros
7.      Loyal
8.      Sabar, efektif dan efisien
9.      Keberanian
10.  Rela menerima

F.      PRINSIP – PRINSIP KEPEMIMPINAN
Perinsip-perinsip kepemimpinan menyentuh seluruh aspek diri seorang pemimpin yang tergambar dari prilaku keseharian pemimpin:
1.      Mahir dalam soal teknis dan taktis
2.      Intropeksi diri
3.      Percaya diri
4.      Memahami bawahan
5.      Realisasi diri
6.      Menjadi contoh yang baik
7.      Tumbuhkan rasa tanggung jawab pada bawahan
8.      Melatih anggota sebagai team yang solid
9.      Membuat keputusan yang cepat dan tepat
10.  Mengkomando bawahan
11.  Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan

G.    MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN
1.      Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.  Gaya kepemimpinan otokratis ini dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam gaya otokratis, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin. semuanya langsung dilakukan dan ditentukan oleh pemimpin itu sndiri tanpa masukan dari siapa pun.  Komunikasi yang dilakukan satu arah ke  bawah (top-down) sehingga komunikasi pemimpin dengan pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Gaya pemimpin ini memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Kepemimpinan otokratik lebih menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan mengesampingkan partiispasi dan gaya kreatif para pengikutnya. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan  posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang bergaya otokratif mempunyai berbagai sikap, diantaranya :
1.      Memperlakukan para pengikut sama dengan alat – alat lain dalam organisasi, sehingga kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2.      Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para pengikut.
3.      Mengabaikan peranan para pengikut  dalam proses pengambilan keputusan.
4.      Wewenang mutlak berada pada pimpinan maka dari itu keputusan dan kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan 
5.      Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan 
6.      Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat 
7.      Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan 
8.      Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat sehingga lebih banyak kritik daripada pujian 
9.      Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif 
10.  Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat 
11.  Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat 
12.  Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman serta kasar dalam bersikap 
13.  Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
Gaya ini pula menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target, dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Pemimpin-pemimpin ini bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Mereka bukan kolega kerja yang menyenangkan. Sejumlah penelitian menunjukkan tingkat keluar-masuk karyawan yang tinggi dengan gaya kepemimpinan semacam ini.
Kepemimpinan otokratik dengan menggunakan “ kepemimpinan klasik “. Kepetuhan pengikut terhadap pemimpin merupakan corak gaya kepemimpinan otokratik. Para pemimpin dengan gaya otokratik menjadikan tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadi. Dilihat dari perspektif kepemimpinannya seorang pemimpin otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Dengan egoisme yang demikian besar seorang pemimpin otokratik melihat perannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasianal. Seoerang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai oraganisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

2.      Kepemimpinan Birokrasi
Ini adalah gaya kepemimpinan dalam organisaasi yang diperlukan perusahaan, tepatnya mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Ini adalah tugas pemimpin untuk memastikan bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini efektif jika karyawan melakukan tugas-tugas rutin sehari-hari. namun, tidak ada ruang untuk kreativitas atau pemecahan masalah yang inovatif dalam gaya kepemimpinan birokrasi

3.      Gaya Kepemimpinan Lezess Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut: 
a)      Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan 
b)      lebih banyak dibuat oleh bawahan. 
c)      Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan. 
d)      Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan. 
e)      Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku.
f)       selalu berasal dari bawahan. 
g)      Hampir tiada pengarahan dari pimpinan. 
h)      Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok. 
i)       pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok. 
j)       jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan. 

Hal itu semua terjadi karena disebabkan Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

Ciri – ciri lain seorang pemimpin yang bergaya lezess faire adalah:
a)      Pendelegaian wewenang terjadi secara ekstensif
b)      Pengambilan keputusan diserahkan kepada pejabat pemimpin yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional
c)      Status Quo organisasi tidak terganggu
d)      Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inofatif diserahkan kepada anggota organisasi yang bersngkutan
e)      Selama anggota organisasi menunjukan perilaku dan prestasi kerja yang dinamai intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang sangat minimum.

4.      Gaya Kepemimpinan Demokratif atau Partisipatif
Gaya Kepempimpinan ini merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya.  Gaya ini menitik beratkan pada usaha seorang pemimpin dalam melibatkan partisipasi para pengikutnya dalam setiap pengambilan keputusan. Staf dimintai  saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok atau bisa dikatakan bahwa pimpinan ini sangat konsultatif dengan para bawahan serta kecenderungan menggunakan evaluasi yang berasal dari opini dan saran bawahan sebelum manajer membuat keputusan. Selain itu juga Pemimpin ini memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab dan wewenang secara luas pada para bawahannya.

Gaya partisipatif mengarah ke pengembangan kepercayaan dan loyalitas para bawahan kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dan mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu keputusan. gaya partisipatif bekerja dengan sangat baik dimana pemimpin baru saja bergabung dalam organisasi,

Pemimpin ini sangat menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Selain ini Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
1.      Wewenang pimpinan tidak mutlak 
2.      Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan 
3.      Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan 
4.      Komunikasi berlangsung timbal balik 
5.      Pengawasan dilakukan secara wajar 
6.      Prakarsa datang dari bawahan 
7.      Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan 
8.      Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif 
9.      Pujian dan kritik seimbang 
10.  Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing 
11.  Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar 
12.  Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak 
13.  Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
14.  Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. 
15.  Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. 
16.  Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. 
17.  Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. 
18.  Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat

Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari gaya kepemimpinan partisipatif adalah:
Konsultasi kebanwah dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas keputusan dengan menarik keahlian yang dimilki oleh para pengikut, sehingga para pengikut akan dapat menerima semua keputusan yang diambil serta dapat menjalankannya.
Konsultasi lateral, pemimpin melibatkan serta orang – orang dalam berbagai sub unit untuk mengatasi keterbatasan kemampuan yang dimilki pemimpin,
Konsultasi ke atas, memungkinkan seorang pemimpin untuk menaruh keahlian seorang atasan yang berkemampuan lebih dari manajer.

5.      Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan ini bekerja pada prinsip bahwa ketika bawahan menandatangani kontrak untuk berpartisipasdalam proyek tertentu, mereka mengikuti semua keputusan pemimpin mereka sebagai otoritas tertinggi. jika kinerja bawahan baik, mereka akan dihargai dan jika kinerja mereka di bawah standar yang diharapkan, mereka akan terkena sanksi sesuai kontrak tertulis.

6.      Gaya Kepemimpinan Transformatif
Kepemimpinan transformasional berorientasi kepada proses membangun komitmen menuju sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu. Didalam gaya kepemimpianan transformatif terdapat beberapa hal, yaitu:
a.       Kepemimpinan yang memberi transformasi
b.      Orientasi kepemimpinan transaksional
c.       Dimensi kepemimpinan transformasional

Pemimpin yang menganut gaya transformasional ini juga berupaya mentransformasikan nilai-nilai yang dianut oleh bawahan untuk mendukung visi dan tujuan organisasi. Melalui transformasi nilai-nilai tersebut, diharapkan hubungan baik antar anggota organisasi dapat dibangun sehingga muncul iklim saling percaya diantara anggota organisasi.

Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut Bernard Bass (NN, 2009), dalam rangka memotivasi pegawai, bagi pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, terdapat tiga cara sebagai berikut:
a.       Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha.
b.      Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok.
c.       Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

Pemahaman akan pentingnya hasil usaha harus diterapkan kepada para pegawai. Dengan kata lain, orientasi proses mendapat prioritas dibandingkan dengan sekedar hasil. Kemudian, penekanan untuk mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan pribadi menjadi krusial mengingat hubungan yang baik dan iklim kerja yang kondsif menjadi perhatian utama dalam penerapan gaya kepemimpinan ini. Selanjutnya, mengingat kebutuhan bawahan bukan hanya materi, maka seorang pimpinan harus mampu mendorong pegawai untuk mempunyai kebutuhan yang lebih tinggi sesuai dengan kapasitas mereka.

Seorang pemimpin yang ingin secara efektif menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, harus mampu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1.      memahami visi dan misi organisasi;
2.      memahami lingkungan organisasi melalui analisis lingkungan strategis (SWOT);
3.      merumuskan rencana strategis organisasi;
4.      menginternalisasikan visi, misi, kondisi lingkungan strategis, dan rencana startegis pada seluruh anggota organisasi;
5.      mengendalikan rencana strategis melalui manajemen pengawasan yang tepat;
6.      memahami kebutuhan para pegawai;
7.      memahami kapasitas para pegawai;
8.      mendistribusikan pekerjaan sesuai dengan kapasitas pegawai; dan
9.      mengapresiasi hasil pekerjaan pegawai.
Pendekatan Kepemimpinan Transformasional awalnya digagas oleh James MacGregor Burns tahun 1978.[16] Ia membedakan 2 jenis kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transaksional dan lawannya, Kepemimpinan Transformasional. 
Pemimpin bercorak transaksional adalah mereka yang memimpin lewat pertukaran sosial. Misalnya, politisi memimpin dengan cara “menukar satu hal dengan hal lain: pekerjaan dengan suara, atau subsidi dengan kontribusi kampanye. Pemimpin bisnis bercorak transaksional menawarkan reward finansial bagi produktivitas atau tidak memberi rewardatas kurangnya produktivitas. 

Pemimpin bercorak transformasional adalah mereka yang merangsang dan mengispirasikan pengikutnya, baik untuk mencapai sesuatu yang tidak biasa dan, dalam prosesnya, mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sendiri. Pemimpin transformasional membantu pengikutnya untuk berkembang dan membuat mereka jadi pemimpin baru dengan cara merespon kebutuhan-kebutuhan yang bersifat individual dari para pengikut. Mereka memberdayakan para pengikut dengan cara menselaraskan tujuan yang lebih besar individual para pengikut, pemimpin, kelompok, dan organisasi. 

Kepemimpinan Transformasional dapat mengubah pengikut melebihi kinerja yang diharapkan, sebagaimana mereka mampu mencapai kepuasan dan komitmen pengikut atas kelompok ataupun organisasi.

7.      Gaya Kepemimpinan Visioner
Pemimpin fisioner mengartikulasikan kemana kelompok berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuanmembebaskan orang yang berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.

Adapun ciri – ciri pemimpin Visioner,yaitu menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati, pemimpin fisioner akan mengartikulasikan suatutujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang – orang yang dipimpinnya.

8.      Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan. Ini terlihat jelas dari slogannya yaitu seluruh anggota organisasi merupakan anggota satu keluarga besar. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam organisas iyang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula.
Ciri –ciri pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan ini ialah:
a.   Bersikap mempunyai wawasan yang luas.
b.   Menutup kesempatan pada bawahan untuk berkreasi dan berfantasi.
c.   Bersifat terlalu melindungi.
d.   Menganggap bahwa bawahan tidak dewasa.
e.   Jarang memberi kesempatan untuk memberikan keputusan.

9.      Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya” atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu. Kesuksesan mempengaruhi bawahan dapat diwujudkan apabila pemimpin mempunyai akhlak dan sifat yang terpuji. Dengan ciri dan sifat tersebut pemimpin akan dikagumi oleh para pengikutnya.

Pemimpin kharismatik mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pmimpin tersebut untuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasa percaya diri dan pendirian yang kuat meningktkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut. Seorang pemimpin tanpa pola cirri yang demikian lebih kecil kemungkinannya akan mencoba mempengaruhi orang. Dan jika berusaha mempengaruhi maka lebih kecil kemungkinan untuk berhasil.

Selain itu kepemimpinan kharismatik juga didasarkan pada kekuataan luar biasa yang dimiliki oleh seorang sebagai pribadi. Pengertian sangat teologis, karena untuk mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri seseorang , harus dengan menggunakan asumsi bahwa kemantapan dan kualitas kepribadian yang dimiliki adalah merupakan anugerah tuhan. Karena posisinya yang demikian itulah maka ia dapat dibedakan dari orang kebanyakan, juga karena keunggulan kepribadian itu, ia dianggap (bahkan) diyakini memiliki kekuasan supra natural, manusia serba istimewa atau sekurang-kurangnya istimewa dipandang masyarakat.

Karakteristik pemimpin yang karismatik dijelaskan oleh Purwanto sebagai berikut :
a)      Mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya juga besar.
b)       tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu.
c)      Seolah-olah mempunyai kekuatan gaib.
d)      Karisma yang dimiliki tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan si pemimpin.

Sementara itu, Nurkolis mengungkapkan bahwa seorang pemimpin karismatik mempunyai tujuh karakteristik kunci, yaitu percaya diri, memiliki visi, memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan visi, memiliki pendirian yang kuat terhadap visinya, memiliki perilaku yang berbeda dari kebiasaan orang, merasa sebagai agen pembaru dan sensitif terhadap lingkungan.

10.  Gaya Kepemimpinan Militeristis
Gaya Kepemimpinan Militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, Komunikasi hanya berlangsung searah.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan pengalamam.
      Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua tumpuan dan harapan berada di tanganya.

B.     SARAN DAN KRITIK
Untuk memnyempurnkan dan memperbaiki isi dan sistematis dalam penulisan dan penyajian maka kami dari penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang menghasilkan perbaikan pada masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, Nasrul Syakur, Manajemen Organisasi, Bandung, Citapustaka, 2011
http://www.Blogger Kejora /Tugas Dan Fungsi Kepemimpinan.html
Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung, Citapustaka, 2010.
Rifa’i, Muhammad, dan Fadhli, Muhammad, Manajemen Organisasi, Bandung, Cita Pustaka,2013.
Umam, Khaerul, Manajemen Organisasi, Bandung, Pustaka Setia, 2012.
http://khosama.blogspot.com/2016/makalah-tentang-kepemimpinan.html



terima kasih semoga makalah tersebut dapat bermanfaat.

No comments:

Berkomentarlah sesuai dengan Pembahasan diatas. Apabila berkomentar dengan menggunakan bahasa yang tidak sopan, akan kami anggap spam dan komentar akan kami hapus.