Khosama Media : MAKALAH YAUMUL MAHSYAR

MAKALAH YAUMUL MAHSYAR

 







KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya, penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Aqidah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad  Shallallahu Alaihi wa Sallam, Nabi akhir zaman.
            Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang " Yaumul Mahsyar", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Dalam makalah ini diuraikan berbagai peristiwa yang pasti akan terjadi dan akan kita alami di masa yang akan datang. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
            Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman apabila  terdapat kekurangan, karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari dosen pengampu mata kuliah agar menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik lagi di kemudian hari.
             Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pembaca.

Indramayu, Agustus 2016


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Yaumul Mahsyar merupakan tempat berkumpulnya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan pengadilan Allah yang sejati. Setelah semua makhluk dibangkitkan (ba’ats) dari alam kubur, mereka akan digiring (nasyr) ke satu tempat yang disebut padang Mahsyar.
Mahsyar merupakan padang yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat.
Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah (dari zaman nabi Adam as. hingga yang paling akhir ) yang berada di langit dan bumi termasuk manusia, jin, malaikat dan hewan, berkumpul dan berdesak-desakan dalam kondisi telanjang kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.
                Keadaan setiap manusia akan berbeda-beda saat di padang mahsyar nantinya ,perbedaan itu berdasarkan amal perbuatan setiap manusia selama hidup di muka bumi.
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada peristwa-peristiwa yang akan terjadi di Padang Mahsyar dan juga waktu manusia saat di padang mahsyar.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Apakah yuamul mahsyar itu?
2.      Bagaimana keadaan manusia di padang mahsyar?
3.      Berapa lama waktu manusia saat di padang mahsyar?

1.3. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mengetahui yaumul mahsyar;
2.      Untuk mengetahui keadaan setiap manusia saat di padang mahsyar;
3.      Untuk mengetahui waktu manusia saat di padang mahsyar.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Yaumul Mahsyar (Hari Berhimpun)
Yaumul Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan pengadilan Allah yang sejati. Setelah semua makhluk dibangkitkan (ba’ats) dari alam kubur, mereka akan digiring (nasyr) ke satu tempat yang disebut padang Mahsyar. Di sana mereka selanjutnya akan berkumpul menjadi satu himpunan untuk menunggu keputusan Allah SWT. Mahsyar adalah padang yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat. Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah (dari zaman nabi Adam as. hingga yang paling akhir ) yang berada di langit dan bumi termasuk manusia, jin, malaikat dan hewan, berkumpul dan berdesak-desakan dalam kondisi telanjang kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
Artinya :
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.”
Demikianlah keadaan manusia tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga. Dan manusia yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيْمُ
Artinya :
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat adalah Nabi Ibrahim.”
      Adapun pakaian yang dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan  ketika mati. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
Artinya :
Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakannya ketika mati.”
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, tatkala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan, “Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.”

2.2. Keadaan Manusia di Yaumul Mahsyar

      Setiap manusia di padang mahsyar akan berhadapan langsung dengan Allah swt. dan juga akan berhadapan dengan  Al-kitab, mizan, shirot, dan haudh(telaga). Selain itu juga di ajukan pula saksi-saksi yang dapat di andalkan dan di tanggung kejujuran dan kebenarannya yang terdiri dari anggota-anggota badannya sendiri, seperti lidah, mata, telinga, kulit, tangan, dan kaki, yang semuanya itu akan berbicara sendiri-sendiri menurut fungsinya masing-masing kepada Allah swt. dimana pada saat itu mulut-mulut manusia telah di tutup rapat dan di segel. Sehingga segala amal perbuatan manusia yang telah di lakukan, baik berupa amal baik dan buruk, besar dan kecil, dosa dan kesalahan serta kejahatan, yang terang-terangan maupun yang rahasia, yang Nampak dan yang tersembunyi, yang di sengaja atau tidak, semuanya akan di bongkar dan di perlihatkan di padang mahsyar. Semuanya akan di adili dengan seadil-adilnya, yang baik dibalas dengan (pahala), sebaliknya yang buruk dengan(siksa), walaupun perbuatan itu seberat debu.

      Menurut faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah, manusia yang pertama kali dibangkitkan oleh Allah adalah Rasulallah saw. Kemudian manusia manusia lainnya. Keadaan mereka akan tergantung dari amalan yang telah mereka kerjakan di semasa hidupnya, ketika itu semua manusia akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sehingga anak tidak lagi mengenali kedua orang tuanya, begitu pula sebaliknya, tidak ada saudara, tidak ada harta yang bermanfaat, tidak ada dokter, tidak ada presiden, dan tidak ada yang berkuasa. Hanya Allah lah yang menguasai di hari itu ”MALIKI YAUMIDDIN”. Semuanya tidak ada yang di fikirkan kecuali apa yang akan menjadi nasibnya masing-masing yang berkenaan dengan amal perbuatannya di dunia.

Barang siapa yang berbuat baik dan berjalan di jalan yang di ridhai Allah, maka ia akan selamat dan masuk surga Allah dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Namun bila kehidupan dunia selalu diisi dengan keburukan dan perbuatan maksiat, ia akan tergelincir ke dalam neraka, dan mendapat siksa Allah yang amat pedih.

A.    Manusia di Giring ke Padang Mahsyar
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’d z, Rasulullah n bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ. قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ: لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ
Artinya :
Umat manusia akan digiring pada hari kiamat ke (mahsyar). Sebuah medan yang luas. Tanahnya berwarna putih seperti bundaran roti yang bersih.” Sahl  dan selainnya berkata: “Tidak ada di sana tanda (tempat keberadaan) bagi seorang pun.”
     



Bagaimanakah cara manusia ke Padang Mahsyar ? Untuk menjelaskan perkara ini, Allah berfirman pada ayat 86, Surah Mariam; ayat 102, Surah Taha dan ayat 97, Surah al-Isra’. Ayat itu maksudnya menyatakan bahawa cara manusia ke Padang Mahsyar ada tiga bagian:
a.       Orang yang pergi dengan berkenderaan  yaitu orang bertakwa.
b.      Orang yang berjalan kaki dan keadaan muka mereka biru keruh, karena hati masing-masing sebak dengan kedukaan, yaitu orang yang mati dalam keadaan berdosa.
c.       Orang yang berjalan dengan mukanya, sambil matanya tidak dapat melihat sesuatu yang disukainya. Lidahnya tidak dapat menuturkan hujah atau alasan yang boleh diterima daripadanya dan telinganya tidak dapat mendengar perkara yang menyenangkan hatinya.
Mereka ialah orang yang pada masa hidup di dunia tidak berusaha menggunakan matanya, lidahnya dan telinganya untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Cara itu diterangkan pula oleh Rasulullah SAW dalam hadis berikut daripada Abu Hurairah, yang bermaksud:
“Manusia yang dihimpunkan ke Padang Mahsyar pada hari kiamat adalah tiga golongan.Pertama golongan yang berjalan kaki; kedua, golongan berkenderaan dan ketiga, golongan yang berjalan dengan (berkakikan) mukanya.”
Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana mereka dapat berjalan dengan mukanya?” Baginda menjawab: “Sesungguhnya Tuhan yang telah menjadikan mereka boleh berjalan dengan kaki, berkuasa menjadikan mereka berjalan dengan muka mereka.” (Hadis riwayat at-Tarmizi).
Bagaimana pula keadaan manusia ketika pergi dan berada di Padang Mahsyar?
Allah berfirman yang bermaksud:
Dan demi sesungguhnya! Kamu sekarang telah datang kepada Kami dengan keadaan sebatang kara seperti keadaan Kami ciptakan kamu keluar dari perut ibu kamu dulu, tidak berkain baju, tidak berkasut, tidak berkhatan dan tidak berharta benda.” (Surah al-An’am, ayat 94).
Dan firman-Nya lagi pada ayat 29 Surah al-A’raf, maksudnya:
Sebagaimana Tuhan telah mulakan penciptaan kamu dengan keadaan yang tertentu, maka demikianlah pula kamu bangkit hidup kembali kepada Tuhan.
Mengenai keadaan yang disebut itu, Rasulullah menerangkan dalam hadis berikut: Daripada Ibn Abbas, katanya, Rasulullah berdiri berucap kepada kami, sabdanya:
Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya kamu dihimpunkan di Padang Mahsyar dengan keadaan berkaki ayam, bertelanjang dan berkulup.” (Kemudian Baginda membaca firman Allah bererti: Seperti Kami ciptakan manusia pada mulanya, demikian pula Kami ulangi ciptaannya, itulah janji yang sesungguhnya Kami akan lakukan) Ketahuilah! Sesungguhnya orang yang mula-mula sekali diberi pakai pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim al-Khalil.”[7]
Daripada Aisyah, bahawa Nabi bersabda:
Dihimpunkan manusia di Padang Mahsyar pada hari kiamat dengan keadaan berkaki ayam, bertelanjang dan berkulup.” Aisyah berkata: “Ya Rasulullah! adakah orang perempuan dan lelaki semuanya melihat satu sama lain?” Nabi menjawab: “Wahai Aisyah! Kedahsyatan keadaan pada masa itu menghalang masing-masing daripada melihat satu sama lain.”
Pada satu riwayat oleh al-Nasa’i dan al-Haakim daripada Aisyah, katanya:
Aku bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana pula keadaan aurat?” Nabi menjawab: “Tiap-tiap seorang pada masa itu cukup sibuk dengan hal menjaga keselamatan dirinya saja.”
Maksud dua hadis itu ialah Rasulullah menerangkan bahawa manusia akan ke Padang Mahsyar dengan keadaan sebagaimana Tuhan menjadikan mereka keluar dari perut ibu dulu – tidak berpakaian, tidak berkasut dan tidak berkhatan.
Mendengarkan keterangan itu, Saidatina Aisyah bertanya:
Bagaimana hal aurat masing-masing ya Rasulullah! Adakah orang lelaki dan perempuan memandang satu sama lain?”
Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah! Kedahsyatan huru-hara kiamat menghalang manusia dari memandang satu sama lain, usahkan hendak memerhatikan aurat, tiap-tiap seorang pada masa itu cukup sibuk dengan hal menjaga keselamatan dirinya saja.”
Keadaan manusia pada saat itu, sangat beragam jenisnya, sesuai dengan tingkat amalannya waktu di dunia. Diantaranya adalah:
1.)    Ada yang berdiri di bawah sinar mentari yang begitu panas, sehingga peluh dan keringat membasahi tubuhnya.
Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Sahabat Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ,- قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَ اللهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ – قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا. قَالَ:  رَسُولُ الله وَأَشَارَ  بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ (رواه مسلم)  
“Matahari akan didekatkan kepada makhluk kelak pada hari kiamat, sampai ada diantara mereka yang jaraknya sejauh satu mil -(berkata Sulaim bin Amir, salah seorang perawi hadits ini; ‘Demi Allah, aku tidak tahu apakah yang dimaksud dengan mil itu adalah jarak yang ada didunia atau yang dimaksud yaitu sejauh mata memandang’)-. Rasulallah meneruskan; ‘Adapun keringat mereka maka sesuai dengan amalan yang ia kerjakan ketika didunia, di antara mereka ada yang sampai lututnya, ada yang sampai betisnya, ada yang sampai dipinggangnya, bahkan ada yang sampai kemulutnya. Berkata rawi; ‘Dan Rasulallah mengisyaratkan dengan tangan ke mulutnya”
Dalam hadits lain disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu, bahwasannya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kelak pada hari kiamat seluruh manusia mengucurkan keringat, sampai-sampai ada yang keringatnya membasahi bumi tujuh puluh dira’, sehingga menutupi mereka sampai- ketelinganya”
2.)  Di antara mereka ada yang berdiri dibawah mentari disetrika dengan api neraka.
Hal itu berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Tidaklah, seorang yang mempunyai harta emas dan perak yang tidak ia tunaikan kewajibannya (tatkala didunia) melainkan pada hari kiamat kelak akan dibuatkan baginya seterika dari lempengan neraka yang dicelup kedalam nereka, lalu diseterikakan kesamping kiri dan kanan, serta punggungnya. Apabila telah dingin maka dikembalikan lagi seperti semula, pada suatu hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu dialami sampai diputuskan perkaranya para hamba (Oleh Allah) sehingga dia dapat melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka”
3.) Ada yang menelungkup dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya.
Seperti yang telah disebutkan dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah, seorang yang mempunyai harta onta, atau sapi dan kambing yang dia tidak tunaikan kewajibannya (ketika didunia) melainkan pada hari kiamat kelak mereka semua akan menginjak-injak mencakar serta menginggitnya, tatkala sembuh yang pertama maka dikembalikan seperti semula. Pada hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu sampai diputuskan perkaranya para hamba (oleh Allah) sehingga pada akhirnya dia melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka”.
4.)  Dan tidak sedikit pula yang berada dibawah naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta’ala.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang masyhur, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh golongan yang akan berada dibawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. mereka adalah :
a.      Imam yang adil, pemuda yang gemar ibadah,
b.       Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
c.       Orang yang hatinya selalu merindukan masjid,
d.      Dua orang yang berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah,
e.       Seorang pria yang diajak zina oleh wanita yang cantik jelita, lalu mengatakan: ‘Sungguh aku takut kepada Allah’,
f.         Orang yang bersedekah sembunyi-sembunyi, sampai tangan kirinya tidak mengetahuinya apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya,
g.      Orang yang menyebut nama Allah tatkala sendirian matanya menangis (karena takut).”
5.) Diantara mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.
Berdasarkan sebuah hadits, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: ‘Aku mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Tiap insan akan berada dibawah naungan sedekahnya, sampai dipisah antara sesama insan. Atau beliau mengatakan; ‘Sampai dihukumi manusia.
“Pada hari kiamat kelak manusia berbondong-bondong mendatangi Adam, lalu memelas kepadanya dengan mengatakan: ‘Mintakanlah syafa’at kepada Rabbmu’. Namun beliau beralasan, Itu bukan bagianku, akan tetapi datanglah kalian kepada Ibrahim, sesungguhnya beliau adalah kekasih Allah, lanjutnya. Lalu mereka mendatangi Ibrahim, dan beliau mengatakan; ‘Aku tidak sanggup, datanglah kepada Musa, sesungguhnya dia adalah kalimu Rahman (orang yang diajak bicara oleh Allah), maka mereka mendatangi Musa, akan tetapi beliau mengatakan: ‘Aku tidak mampu’, namun pergilah kalian ke Isa, sesungguhnya dia adalah ruh dan kalimatnya Allah’. Selanjutnya mereka mendatangi Isa, beliau mengatakan; ‘Itu bukan bagianku, akan tetapi pergilah kalian kepada Muhammad’. Mereka kemudian mendatangiku,
maka aku katakan; ‘Akulah yang akan maju’. Lalu aku meminta izin kepada Rabbku, dan diizinkan. Kemudian aku diilhami dengan puji-pujian yang aku haturkan, yang belum aku ketahui sekarang. Maka aku memuji dengan puji-pujian tersebut sambil sujud’. Lalu Allah berfirman; ‘Wahai Muhammad, angkat kepalamu, katakan maka akan didengarkan, mintalan pasti akan diberi, berilah syafa’at maka akan dikabulkan.”






BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Padang Mahsyar merupakan tempat berkumpulnya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan pengadilan Allah yang sejati.
Ada tiga cara manusia digiring ke padang mahsyar yaitu :
1.      Orang yang pergi dengan berkenderaan,
2.      Orang yang berjalan kaki dan keadaan muka mereka biru keruh,
3.      Orang yang berjalan dengan mukanya, sambil matanya tidak dapat melihat sesuatu yang disukainya.
Saat di padang mahsyar keadaan setiap mausia beragam jenisnya, sesuai dengan tingkat amalannya sewaktu didunia. Diantaranya ada yang berdiri dibawah sinar mentari yang begitu panas, ada yang berdiri dibawah mentari disetrika dengan api neraka, ada yang menelungkup dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya, dan tidak sedikit pula yang berada dibawah naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta’ala, dan diantara mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.

B.     SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

M. Ali Ichsan Umar. (1979). Mahkamah di padang mahsyar. Semarang: CV. Toha Putra.
Katsir, Ibnu. (2002). Huru-hara hari kiamat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qurthubi, Imam. (2004). Buku pintar alam akhirat. Jakarta: Darul Haq.

http://emirizkiayunanda.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-aqidah-keadaan-manusia.html

1 comment:

Berkomentarlah sesuai dengan Pembahasan diatas. Apabila berkomentar dengan menggunakan bahasa yang tidak sopan, akan kami anggap spam dan komentar akan kami hapus.