KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil’alamin
puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya,
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Aqidah ini dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam, Nabi akhir zaman.
Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang " Yaumul Mahsyar", yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Dalam makalah ini diuraikan
berbagai peristiwa yang pasti akan terjadi dan akan kita alami di masa yang
akan datang. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Melalui kata pengantar ini penyusun
terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman apabila terdapat kekurangan, karena makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca, khususnya dari dosen pengampu mata kuliah agar menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik lagi di kemudian
hari.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pembaca.
Indramayu, Agustus 2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Yaumul Mahsyar merupakan tempat berkumpulnya seluruh manusia dan
makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau
diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan pengadilan Allah yang
sejati. Setelah semua makhluk dibangkitkan (ba’ats) dari alam kubur, mereka
akan digiring (nasyr) ke satu tempat yang disebut padang Mahsyar.
Mahsyar merupakan padang yang sangat luas dan datar, dimana tidak
terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat.
Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah (dari zaman nabi Adam as.
hingga yang paling akhir ) yang berada di langit dan bumi termasuk manusia,
jin, malaikat dan hewan, berkumpul dan berdesak-desakan dalam kondisi telanjang
kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.
Keadaan
setiap manusia akan berbeda-beda saat di padang mahsyar nantinya ,perbedaan itu
berdasarkan amal perbuatan setiap manusia selama hidup di muka bumi.
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada peristwa-peristiwa
yang akan terjadi di Padang Mahsyar dan juga waktu manusia saat di padang
mahsyar.
1.2. RUMUSAN
MASALAH
Dari
uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.
Apakah yuamul
mahsyar itu?
2.
Bagaimana
keadaan manusia di padang mahsyar?
3.
Berapa lama
waktu manusia saat di padang mahsyar?
1.3.
TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan
untuk :
1.
Untuk
mengetahui yaumul mahsyar;
2.
Untuk
mengetahui keadaan setiap manusia saat di padang mahsyar;
3.
Untuk
mengetahui waktu manusia saat di padang mahsyar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Yaumul
Mahsyar (Hari Berhimpun)
Yaumul Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan
makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau
diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan pengadilan Allah yang sejati.
Setelah semua makhluk dibangkitkan (ba’ats) dari alam kubur, mereka akan
digiring (nasyr) ke satu tempat yang disebut padang Mahsyar. Di sana mereka
selanjutnya akan berkumpul menjadi satu himpunan untuk menunggu keputusan Allah
SWT. Mahsyar adalah padang yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat
dataran rendah maupun tinggi di akhirat. Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah
(dari zaman nabi Adam as. hingga yang paling akhir ) yang berada di langit dan
bumi termasuk manusia, jin, malaikat dan hewan, berkumpul dan berdesak-desakan
dalam kondisi telanjang kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
يُحْشَرُ النَّاسُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
Artinya :
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak
beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.”
Demikianlah keadaan manusia tatkala
bertemu dengan Allah Ta’ala di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki,
tidak berpakaian dan belum dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi
pakaian juga. Dan manusia yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim
‘alaihis salam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِبْرَاهِيْمُ
Artinya :
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat
adalah Nabi Ibrahim.”
Adapun pakaian yang
dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu
‘anhu mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ
فِيْهَا
Artinya :
“Mayit akan
dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakannya ketika mati.”
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, tatkala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar
jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan,
“Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.”
2.2. Keadaan Manusia di Yaumul Mahsyar
Setiap
manusia di padang mahsyar akan berhadapan langsung dengan Allah swt. dan juga
akan berhadapan dengan Al-kitab, mizan,
shirot, dan haudh(telaga). Selain itu juga di ajukan pula saksi-saksi yang
dapat di andalkan dan di tanggung kejujuran dan kebenarannya yang terdiri dari
anggota-anggota badannya sendiri, seperti lidah, mata, telinga, kulit, tangan,
dan kaki, yang semuanya itu akan berbicara sendiri-sendiri menurut fungsinya
masing-masing kepada Allah swt. dimana pada saat itu mulut-mulut manusia telah
di tutup rapat dan di segel. Sehingga segala amal perbuatan manusia yang telah
di lakukan, baik berupa amal baik dan buruk, besar dan kecil, dosa dan
kesalahan serta kejahatan, yang terang-terangan maupun yang rahasia, yang
Nampak dan yang tersembunyi, yang di sengaja atau tidak, semuanya akan di
bongkar dan di perlihatkan di padang mahsyar. Semuanya akan di adili dengan
seadil-adilnya, yang baik dibalas dengan (pahala), sebaliknya yang buruk
dengan(siksa), walaupun perbuatan itu seberat debu.
Menurut
faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah, manusia yang pertama kali dibangkitkan oleh
Allah adalah Rasulallah saw. Kemudian manusia manusia lainnya. Keadaan mereka
akan tergantung dari amalan yang telah mereka kerjakan di semasa hidupnya,
ketika itu semua manusia akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Sehingga anak tidak lagi mengenali kedua orang tuanya, begitu pula sebaliknya,
tidak ada saudara, tidak ada harta yang bermanfaat, tidak ada dokter, tidak ada
presiden, dan tidak ada yang berkuasa. Hanya Allah lah yang menguasai di hari
itu ”MALIKI YAUMIDDIN”. Semuanya tidak ada yang di fikirkan kecuali apa yang
akan menjadi nasibnya masing-masing yang berkenaan dengan amal perbuatannya di
dunia.
Barang siapa
yang berbuat baik dan berjalan di jalan yang di ridhai Allah, maka ia akan
selamat dan masuk surga Allah dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
Namun bila kehidupan dunia selalu diisi dengan keburukan dan perbuatan maksiat,
ia akan tergelincir ke dalam neraka, dan mendapat siksa Allah yang amat pedih.
A.
Manusia di Giring ke Padang Mahsyar
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’d z,
Rasulullah n bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ
بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ. قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ: لَيْسَ فِيهَا
مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ
Artinya :
“Umat manusia
akan digiring pada hari kiamat ke (mahsyar). Sebuah medan yang luas. Tanahnya
berwarna putih seperti bundaran roti yang bersih.” Sahl dan selainnya berkata: “Tidak ada di sana
tanda (tempat keberadaan) bagi seorang pun.”
Bagaimanakah cara manusia ke Padang Mahsyar ? Untuk menjelaskan
perkara ini, Allah berfirman pada ayat 86, Surah Mariam; ayat 102, Surah Taha
dan ayat 97, Surah al-Isra’. Ayat itu maksudnya menyatakan bahawa cara manusia
ke Padang Mahsyar ada tiga bagian:
a.
Orang
yang pergi dengan berkenderaan yaitu
orang bertakwa.
b.
Orang
yang berjalan kaki dan keadaan muka mereka biru keruh, karena hati
masing-masing sebak dengan kedukaan, yaitu orang yang mati dalam keadaan
berdosa.
c.
Orang
yang berjalan dengan mukanya, sambil matanya tidak dapat melihat sesuatu yang
disukainya. Lidahnya tidak dapat menuturkan hujah atau alasan yang boleh
diterima daripadanya dan telinganya tidak dapat mendengar perkara yang
menyenangkan hatinya.
Mereka ialah orang yang pada masa hidup di dunia tidak berusaha
menggunakan matanya, lidahnya dan telinganya untuk mencapai kebahagiaan
akhirat. Cara itu diterangkan pula oleh Rasulullah SAW dalam hadis berikut
daripada Abu Hurairah, yang bermaksud:
“Manusia yang dihimpunkan ke Padang Mahsyar pada hari kiamat adalah
tiga golongan.Pertama golongan yang berjalan kaki; kedua, golongan berkenderaan
dan ketiga, golongan yang berjalan dengan (berkakikan) mukanya.”
Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana mereka dapat berjalan
dengan mukanya?” Baginda menjawab: “Sesungguhnya Tuhan yang telah menjadikan
mereka boleh berjalan dengan kaki, berkuasa menjadikan mereka berjalan dengan
muka mereka.” (Hadis riwayat at-Tarmizi).
Bagaimana pula keadaan manusia ketika pergi dan berada di Padang
Mahsyar?
Allah berfirman yang bermaksud:
Dan demi sesungguhnya! Kamu sekarang telah datang kepada Kami
dengan keadaan sebatang kara seperti keadaan Kami ciptakan kamu keluar dari
perut ibu kamu dulu, tidak berkain baju, tidak berkasut, tidak berkhatan dan
tidak berharta benda.” (Surah al-An’am, ayat 94).
Dan firman-Nya lagi pada ayat 29 Surah al-A’raf, maksudnya:
Sebagaimana Tuhan telah mulakan penciptaan kamu dengan keadaan yang
tertentu, maka demikianlah pula kamu bangkit hidup kembali kepada Tuhan.
Mengenai keadaan yang disebut itu, Rasulullah menerangkan dalam
hadis berikut: Daripada Ibn Abbas, katanya, Rasulullah berdiri berucap kepada
kami, sabdanya:
Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya kamu dihimpunkan di Padang
Mahsyar dengan keadaan berkaki ayam, bertelanjang dan berkulup.” (Kemudian
Baginda membaca firman Allah bererti: Seperti Kami ciptakan manusia pada
mulanya, demikian pula Kami ulangi ciptaannya, itulah janji yang sesungguhnya
Kami akan lakukan) Ketahuilah! Sesungguhnya orang yang mula-mula sekali diberi pakai
pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim al-Khalil.”[7]
Daripada Aisyah, bahawa Nabi bersabda:
Dihimpunkan manusia di Padang Mahsyar pada hari kiamat dengan
keadaan berkaki ayam, bertelanjang dan berkulup.” Aisyah berkata: “Ya
Rasulullah! adakah orang perempuan dan lelaki semuanya melihat satu sama lain?”
Nabi menjawab: “Wahai Aisyah! Kedahsyatan keadaan pada masa itu menghalang
masing-masing daripada melihat satu sama lain.”
Pada satu riwayat oleh al-Nasa’i dan al-Haakim daripada Aisyah,
katanya:
Aku bertanya: “Ya Rasulullah! Bagaimana pula keadaan aurat?” Nabi
menjawab: “Tiap-tiap seorang pada masa itu cukup sibuk dengan hal menjaga
keselamatan dirinya saja.”
Maksud dua hadis itu ialah Rasulullah menerangkan bahawa manusia
akan ke Padang Mahsyar dengan keadaan sebagaimana Tuhan menjadikan mereka
keluar dari perut ibu dulu – tidak berpakaian, tidak berkasut dan tidak
berkhatan.
Mendengarkan keterangan itu, Saidatina Aisyah bertanya:
Bagaimana hal aurat masing-masing ya Rasulullah! Adakah orang
lelaki dan perempuan memandang satu sama lain?”
Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah! Kedahsyatan huru-hara kiamat
menghalang manusia dari memandang satu sama lain, usahkan hendak memerhatikan
aurat, tiap-tiap seorang pada masa itu cukup sibuk dengan hal menjaga keselamatan
dirinya saja.”
Keadaan manusia pada saat itu, sangat beragam jenisnya, sesuai
dengan tingkat amalannya waktu di dunia. Diantaranya adalah:
1.)
Ada
yang berdiri di bawah sinar mentari yang begitu panas, sehingga peluh dan
keringat membasahi tubuhnya.
Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits
shahih yang diriwayatkan dari Sahabat Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: “Aku pernah mendengar Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
قَالَ رَسُولُ الله
صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ
حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ,- قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَ اللهِ
مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ
بِهِ الْعَيْنُ – قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ
فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا.
قَالَ: رَسُولُ الله وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ (رواه مسلم)
“Matahari
akan didekatkan kepada makhluk kelak pada hari kiamat, sampai ada diantara
mereka yang jaraknya sejauh satu mil -(berkata Sulaim bin Amir, salah seorang
perawi hadits ini; ‘Demi Allah, aku tidak tahu apakah yang dimaksud dengan mil
itu adalah jarak yang ada didunia atau yang dimaksud yaitu sejauh mata
memandang’)-. Rasulallah meneruskan; ‘Adapun keringat mereka maka sesuai dengan
amalan yang ia kerjakan ketika didunia, di antara mereka ada yang sampai
lututnya, ada yang sampai betisnya, ada yang sampai dipinggangnya, bahkan ada
yang sampai kemulutnya. Berkata rawi; ‘Dan Rasulallah mengisyaratkan dengan
tangan ke mulutnya”
Dalam hadits lain disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu,
bahwasannya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kelak
pada hari kiamat seluruh manusia mengucurkan keringat, sampai-sampai ada yang
keringatnya membasahi bumi tujuh puluh dira’, sehingga menutupi mereka sampai-
ketelinganya”
2.) Di antara mereka ada yang berdiri dibawah
mentari disetrika dengan api neraka.
Hal itu berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan dari Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita: “Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah,
seorang yang mempunyai harta emas dan perak yang tidak ia tunaikan kewajibannya
(tatkala didunia) melainkan pada hari kiamat kelak akan dibuatkan baginya
seterika dari lempengan neraka yang dicelup kedalam nereka, lalu diseterikakan
kesamping kiri dan kanan, serta punggungnya. Apabila telah dingin maka
dikembalikan lagi seperti semula, pada suatu hari yang sama dengan Lima puluh
ribu tahun lamanya, hal itu dialami sampai diputuskan perkaranya para hamba
(Oleh Allah) sehingga dia dapat melihat jalannya, apakah ke surga atau ke
neraka”
3.) Ada yang menelungkup
dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya.
Seperti yang telah disebutkan dalam haditsnya Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Tidaklah, seorang yang mempunyai harta onta, atau sapi dan kambing
yang dia tidak tunaikan kewajibannya (ketika didunia) melainkan pada hari
kiamat kelak mereka semua akan menginjak-injak mencakar serta menginggitnya,
tatkala sembuh yang pertama maka dikembalikan seperti semula. Pada hari yang
sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu sampai diputuskan perkaranya
para hamba (oleh Allah) sehingga pada akhirnya dia melihat jalannya, apakah ke
surga atau ke neraka”.
4.) Dan tidak sedikit pula yang berada dibawah
naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta’ala.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang masyhur, dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Ada tujuh
golongan yang akan berada dibawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naunganNya. mereka adalah :
a.
Imam yang adil, pemuda yang gemar ibadah,
b.
Pemuda yang tumbuh besar
dalam beribadah kepada Rabbnya.
c.
Orang yang hatinya selalu merindukan masjid,
d.
Dua orang yang berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah,
e.
Seorang pria yang diajak zina oleh wanita yang cantik jelita, lalu
mengatakan: ‘Sungguh aku takut kepada Allah’,
f.
Orang yang bersedekah
sembunyi-sembunyi, sampai tangan kirinya tidak mengetahuinya apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya,
g.
Orang yang menyebut nama Allah tatkala sendirian matanya menangis
(karena takut).”
5.) Diantara
mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.
Berdasarkan sebuah hadits, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu,
beliau berkata: ‘Aku mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
“Tiap insan akan berada dibawah naungan sedekahnya, sampai dipisah
antara sesama insan. Atau beliau mengatakan; ‘Sampai dihukumi manusia.
“Pada hari kiamat kelak manusia
berbondong-bondong mendatangi Adam, lalu memelas kepadanya dengan mengatakan:
‘Mintakanlah syafa’at kepada Rabbmu’. Namun beliau beralasan, Itu bukan
bagianku, akan tetapi datanglah kalian kepada Ibrahim, sesungguhnya beliau
adalah kekasih Allah, lanjutnya. Lalu mereka mendatangi Ibrahim, dan beliau
mengatakan; ‘Aku tidak sanggup, datanglah kepada Musa, sesungguhnya dia adalah
kalimu Rahman (orang yang diajak bicara oleh Allah), maka mereka mendatangi
Musa, akan tetapi beliau mengatakan: ‘Aku tidak mampu’, namun pergilah kalian
ke Isa, sesungguhnya dia adalah ruh dan kalimatnya Allah’. Selanjutnya mereka
mendatangi Isa, beliau mengatakan; ‘Itu bukan bagianku, akan tetapi pergilah
kalian kepada Muhammad’. Mereka kemudian mendatangiku,
maka aku katakan; ‘Akulah yang akan
maju’. Lalu aku meminta izin kepada Rabbku, dan diizinkan. Kemudian aku
diilhami dengan puji-pujian yang aku haturkan, yang belum aku ketahui sekarang.
Maka aku memuji dengan puji-pujian tersebut sambil sujud’. Lalu Allah
berfirman; ‘Wahai Muhammad, angkat kepalamu, katakan maka akan didengarkan,
mintalan pasti akan diberi, berilah syafa’at maka akan dikabulkan.”
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Padang Mahsyar merupakan tempat
berkumpulnya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir
zaman untuk dihisab atau diperhitungkan semua amal yang dilakukannya di hadapan
pengadilan Allah yang sejati.
Ada tiga cara manusia digiring ke padang mahsyar yaitu :
1.
Orang
yang pergi dengan berkenderaan,
2.
Orang
yang berjalan kaki dan keadaan muka mereka biru keruh,
3.
Orang
yang berjalan dengan mukanya, sambil matanya tidak dapat melihat sesuatu yang
disukainya.
Saat di padang
mahsyar keadaan setiap mausia beragam jenisnya, sesuai dengan tingkat amalannya
sewaktu didunia. Diantaranya ada yang berdiri dibawah sinar mentari yang begitu
panas, ada yang berdiri dibawah mentari disetrika dengan api neraka, ada yang
menelungkup dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya, dan tidak
sedikit pula yang berada dibawah naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta’ala, dan
diantara mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.
B.
SARAN
Pembuatan
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang kami
peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu
kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna membandingkan
dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam
pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Ichsan Umar. (1979). Mahkamah di padang
mahsyar. Semarang: CV. Toha Putra.
Katsir, Ibnu. (2002). Huru-hara hari kiamat. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qurthubi, Imam. (2004). Buku pintar alam akhirat.
Jakarta: Darul Haq.
http://emirizkiayunanda.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-aqidah-keadaan-manusia.html
Terima kasih info yang bergunanya, sangat dicari cari ni.!
ReplyDeleteKunjungi juga :
Cara Menyembuhkan Anak Sering Mual dan Muntah